Logat Bahasa Pali
Logat Bahasa Pali
Tulisan ini sengaja saya tulis sebagai respon dari perintah guruku bahasa Pali. Idealnya memang sebagai murid, apapun yang diajarkan guru, itulah yang akan dipakai. Tapi bagaimana dengan saya?
Cerita singkatnya, guruku bahasa Pāli, suatu ketika bertanya kepadaku tentang kosa kata bahasa Pali, dan aku menjawabnya benar tapi dari segi ejaan sulit dipahami baginya. Menurutku itu benar karena saya menggunakan aksen atau logat Indonesia. Tapi beliau kemudian membetulkan ejaannya sesuai dengan aksen guruku atau logat sri lanka. Demikian terjadi berulang-ulang dan akhirnya dia berkata bahwa aku harus mengubah logat Pali-ku menjadi logat seperti mereka karena saya belajar bahasa Pāli di Sri Lanka.
Berbicara tentang logat atau aksen, aku membandingkan ini dengan bahasa Inggris. Walau ada beberapa negara yang menggunakan bahasa Inggris juga, tapi logat mereka berbeda-beda. Logat bahasa Inggris seharusnya sama dengan orang-orang Inggris, tapi kenyataan setiap negara memiliki logat sendiri dan sulit untuk disamakan. Ambil contoh, saya tinggal di Sri Lanka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama saya, tapi karena beda logat terpaksa aku harus mengikuti logat Inggris Sri Lanka. Walau aku tahu logat itu sangat berbeda dngn logat orang aslinya.
Kalau mau tau logat asli bahasa Inggris kita bisa lihat orang aslinya. Tapi kalau bahasa Pali bagaimana?
Logat asli bahasa Pali tidak bisa dilacak lagi, karena di negara asalnya tidak dipakai lagi. Bahkan banyak yg tidak tahu. Walaupun sebenarnya bahasa Pali dan Bahasa Sinhala masih satu rumpun, kita tdk bisa menjadikannya sebagai contoh mutlak. Kalau kita menjadikan itu persis seperti bahasa Pali, kita akan jatuh pada sikap menyalahkan logat bahasa Pali yang digunakan di Myanmar, Thailand, atau bahkan Indonesia. Karena kita tahu logat Pali Sri Lanka berbeda dengan logat-logat bahasa Pali yang digunakan di negara-negara itu. Tapi menurut saya pribadi, secara ketepatan tanda baca dan cara membedakan panjang pendeknya huruf pali yang digunakan oleh logat Sri Lanka memang lebih jelas daripada yang lain. Ini karena bahasa Sinhala sendiri juga memiliki karakteristik dalam bahasa Pali,-bahkan lebih dari 50 % kosa kata Sinhala sama dengan Pali. Dan masih satu rumpun dengan bahasa Pali.
Walau begitu, saya tdk bisa sepenuhnya mencontoh logat Sri Lanka. Walau saya belajar bahasa Pali di Sri Lanka dan idealnya harus menerapkan hal yg sama setelah kembali ke Indonesia, tapi saya akan menggunakan logat bahasa Pali saya sendiri yg sudah saya pahami. Ilmu boleh sama, secara tata bahasa harus sama, tapi logat adalah pilihan. Seperti logat bahasa Inggris, atau logat Jawa tengah atau Jawa timur yang berbeda-beda. Hanya orang yang tahu bahasa pali yang tidak mudah menyalahkan logat pali yang orang lain gunakan.
Ini juga seharusnya menjadi pelajaran bagiku untuk tidak menyalahkan logat orang lain. Dulu sebelum saya tahu, saya ketawa ketika orang Singapore berbicara dengan bahasa pali. Bayangin saja bagaimana kalau bahasa pali diucapkan dengan logat Mandarin pada saat mengajukan pertanyaan di sebuah konferensi Pali yg semuanya berbicara dengan bahasa pali. Tapi saya sadar bahwa menyalahkan logat dan cara baca orang lain dalam bahasa pali adalah bentuk ketidaktahuan.
Logat bahasa pali adalah pilihan masing-masing. Ambil contoh di Sri lanka ada Thai vihara tapi chanting bahasa pali yang mereka gunakan tidak sama persis dengan logat Thai. Demikian juga yang mengikuti tradisi Burma, logat bahasa pali yang mereka gunakan juga tidak sama persis. Di Indonesia walau mengikuti tradisi bahasa Pali Thailand tetapi logat bahasa Pali yang digunakan di Indonesia lebih jelas daripada asalnya.
Saya pernah bertanya tentang perbedaan logat ini kepada guruku. Beliau berpendapat bahwa ini mungkin tergantung kebiasaan dan kesukaan orang-orang dulu. Orang sri lanka paling suka menyanyi dan berpuisi, maka kesukaan ini yang mempengaruhi mereka dalam mengingat dan memelihara bahasa Pali. Tidak heran style chanting mereka seperti menyanyi. Dan ini dalam literatur Pali disebut Sarabañña. Sementara orang Myanmar memiliki cara tersendiri. Cara mereka mengingat adalah dengan membacanya berkali kali dengan cepat. Akibatnya logat pali mereka terkadang tidak bisa membedakan antara huruf panjang dan huruf pendek (mungkin tidak semua, hanya teman teman saya yang dari Myanmar). Mungkin Thailand juga memiliki cara sendiri sehingga style chanting mereka begitu. Demikian juga Kamboja, Bangladesh, Vietnam, Nepal, Malaysia, dll. Karena teman-temanku datang dari berbagai negara, maka sedikit atau banyak saya tahu bagaimana logat Pali mereka.
Logat bahasa Pali digunakan sesuai dengan tempat. Selama saya di Indonesia pun logat pali saya berganti ganti tergantung tempat. Di vihara di desa saya, di vihara waktu masih kos dan bahkan setelah menjadi samanera, aksen pali saya berubah walau tidak begitu mencolok. Dan sekarang karena saya tinggal di Sri Lanka maka aksen atau logat Pali saya juga berubah mengikuti aksen Sri Lanka.
Pada intinya logat Pali bukanlah permasalahan yanh serius, asal kita paham apa yang dimaksud.
Komentar
Posting Komentar