Postingan

Tentang Bhante Jotidhammo dalam bahasa Pali dan terjemahannya

Tentang Bhante Jotidhammo dalam bahasa Pali dan terjemahannya. Jotidhammo mahāthero, paṇḍito vijjasampanno Sīlavā vattasampanno, so hi mayhaṃ upajjhāyo. Imaṃ racitalekhanaṃ, taṃ theraṃ vandanatthāya Gāravena me likhitaṃ, anumodatu so thero. (Jotidhammo Mahāthera, bijaksanawan yang memiliki pengetahuan, Bermoral yang memiliki moralitas, beliau adalah guru pentahbisku. Tulisan ini disusun untuk menghormati bhikkhu tersebut, Ditulis oleh saya dengan penuh hormat, semoga beliau turut bersukacita) Jotidhammo Mahāthero nāma mayhaṃ upajjhāyo hoti. Alattha kho ahaṃ tassa mahātherassa santike pabbajjaṃ, ratanavanārāme Lāseme nāma padese dvasahassa-cuddasa (2014) vasse. Ajja pana tassa jātadivaso hoti. Tasmā idhāhaṃ saṅkhittena vacanaṃ detuṃ icchāmi. (Bhikkhu Jotidhammo Mahāthera adalah guru pentahbis saya. Saya mendapatkan pentahbisan itu dari beliau di Ratana Vana Ārāme di sebuah daerah bernah Lasem pada tahun 2014. Hari ini adalah hari ulang tahun beliau. Oleh karena itu, di sini...

Mengucapkan Terima Kasih Dalam Bahasa Pali

Mengucapkan Terima Kasih Dalam Bahasa Pali Sebagai makhluk sosial, kita diharapkan untuk saling membantu satu sama lain. Dalam hidup, kita pasti pernah membantu dan dibantu oleh orang lain. Hal yang lazim dilakukan setelah mendapatkan bantuan adalah mengucapkan terima kasih. Agama Buddha juga mengajarkan umatnya untuk tahu berterima kasih.  Mungkin ada yang bertanya, bagaimana umat Buddha mengucapkan terima kasih dalam Bahasa Pali? Bagi kalangan umat Buddha tentu pernah mendengar kata Anumodana. Kata Anumodana juga sering diucapkan oleh para bhikkhu setelah menerima persembahan empat kebutuhan pokok para bhikkhu dari umat. Ada yang beranggapan bahwa Anumodana adalah terima kasih. Namun sesungguhnya, Anumodana bukan berarti terima kasih. Kata Anumodana disusun dari kata ‘Modana’ dengan prefik ‘Anu.’ ‘Anu’ berarti ‘turut atau ikut.’ Dan ‘Modana’ berarti ‘bergembira’,‘berbahagia’, atau ‘bersuka cita.’ Jadi, Anumodana berarti ‘Turut bergembira atau bersukacita.’  Ka...

Bhante

Sebenarnya menarik untuk membahas tentang definisi 'bhante' dan penggunaanya. Kata 'Bhante' biasa diterjemahkan sebagai 'Tuan' atau 'Yang Mulia.' Ini merupakan panggilan sopan dengan penuh hormat. Dalam tata bahasa Pāli, kata 'bhante' digunakan dalam kasus vokatif (ālapana). Sama dengan kata 'Bhadante.' Penggunaan kata 'Bhadante' di teks Pāli awal biasanya hanya digunakan untuk memanggil Sang Buddha, tidak untuk bhikkhu lain. Sementara untuk memanggil bhikkhu senior lain biasa menggunakan 'Bhante' atau 'āyasmā.' Bhante dan āyasmā sebenarnya sama, yang berarti Yang Mulia, makanya kitab komentar mencatat 'bhanteti vā āyasmāti vāti ...' Meskipun kata 'Bhadante' digunakan untuk memanggil atau mengiyakan Sang Buddha, kata 'Bhante' lebih sering digunakan. Kitab komentar memberitahu bahwa panggilan Bhante disampaikan oleh murid-muridnya '“bhante”ti paṭivacanaṃ deti sāvakehi.'' Belakan...

Terjemahan Khuddakapatha Pali

ඛුද්දකනිකායේ Khuddakanikāye ඛුද්දකපථපාළි Khuddakapathapāli I. සරණත්තයං Saraṇattayaṃ PERLINDUNGAN බුද්ධං සරණං ගච්ඡාමි Buddhaṃ saraṇaṃ gacchāmi Aku pergi berlindung pada Buddha ධම්මං සරණං ගච්ඡාමි Dhammaṃ saraṇaṃ gacchāmi Aku pergi berlidung pada Dhamma සඞ්ඝං සරණං ගච්ඡාමි Saṅghaṃ saraṇaṃ gacchāmi Aku pergi berlindung pada Sangha දුතියම්පි බුද්ධං සරණං ගච්ඡාමි Dutiyampi Buddhaṃ saraṇaṃ gacchāmi Untuk kedua kalinya aku pergi berlindung pada Buddha දුතියම්පි ධම්මං සරණං ගච්ඡාමි Dutiyampi Dhammaṃ saraṇaṃ gacchāmi Untuk kedua kalinya aku pergi berlindung pada Dhamma දුතියම්පි සඞ්ඝං සරණං ගච්ඡාමි Dutiyampi Saṅghaṃ saraṇaṃ gacchāmi Untuk kedua kalinya aku berlindung pada Sangha තතියම්පි බුද්ධං සරණං ගච්ඡාමි Tatiyampi Buddhaṃ saraṇaṃ gacchāmi Untuk ketiga kalinya aku berlindung pada Buddha තතියම්පි ධම්මං සරණං ගච්ඡාමි Tatiyampi Dhammaṃ saraṇaṃ gacchāmi Untuk ketiga kalinya aku berlindung pada Sangha තතියම්පි සඞ්ඝං සරණං ගච්ඡාමි Tatiyampi Saṅghaṃ saraṇaṃ gacchāmi Un...

Ucapan tahun baru dalam bahasa Pali

Di hari pertama di tahun baru ini aku hanya ingin meninggalkan jejak yang mungkin akan berkesan bagiku nanti. Aku ingin menuliskannya dalam bahasa Pāli. Suppabhātaṃ Gatarattiyaṃ sabbeva mayaṃ navasaṃvaccharaṃ ussavaṃ pavattimha. Amhesu ekacce mittehi vā piyapurisehi vā saddhiṃ antonagaraṃ gantvā, kiñci bhuñjitvā, gehaṃ paccāgacchiṃsu. Ekacce manussā ekaṭhāne sannipātitvā kiñci pacitvā taṃ ekato bhuñjitvā na sayiṃsu. Sabbattha naccaṃ vā gītaṃ vā tāḷaṃ susamāhitaṃ ahesuṃ. Sabbeva sukhitā ahesuṃ. Asmiṃ navasaṃvacchare kāle, manussā sukhitanavasaṃvaccharaṃ abhinandanaṃ aññamaññaṃ bhāsanti. Chāyārupaṃ lekanampi honti. Mittānañca sahāyānañca ñātīnañca ācariyānañca abhinandanaṃ pesenti. Ahampi evaṃ karomi. Asmiṃ navasaṃvacchare amhehi bahukiccāni kātabbāni honti. Amhehi kusalaṃ bhāvitabbaṃ, ākusalaṃ vajjitabbaṃ. Punappunaṃ kusalaṃ kātabbaṃ hoti. Atītakālo itihāso, anāgatakālo appatto hoti. Atītaṃ mā socayittha. Anāgataṃ mā pajappetha. Idhāneva yāpetha. Atītato amhehi satthāni uggaṇhi...

Hal yang Menarik dari Bahasa Jawa dan Bahasa Pāli

Hal yang Menarik dari Bahasa Jawa dan Bahasa Pāli Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan orang Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, bahasa ini menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia hingga luar negeri. Bahasa Pāli adalah salah satu bahasa daerah di India yang sekarang sudah tidak dipakai lagi di sana, tetapi masih terpelihara sebagai bahasa kitab suci agama Buddha. Kedua bahasa itu memiliki beberapa hal yang menarik yang perlu kita ketahui. Namun di sini saya tidak akan membicarakan semua hal yang menarik dari kedua bahasa tersebut. Saya hanya ingin berfokus pada kosa kata yang memiliki makna. Dalam Bahasa Pāli, beberapa kosa kata memiliki makna. Ini hampir mirip dengan Kereto Boso atau Jarwodhosok yang ada dalam Bahasa Jawa. Contoh Jarwodhosok dalam Bahasa Jawa,  antara lain: Kuping = kaku tur njepiping. Kuping atau telinga adalah indra pendengar yang ada di samping kepala yang memiliki bentuk agak mekar dan sedikit kaku. Gedhang = digeget y...

Nasib Bahasa Jawa yang Hampir Senasib Dengan Bahasa Pali

Bahasa Pāli dikenal sebagai bahasa kitab suci agama Buddha, khususnya tradisi Theravāda. Ini dipercaya sebagai dialek Pertengahan Indo-Aryan, yang disebut sebagai māgadhi. Komentator Bhikkhu Buddhaghosa, mengatakan bahwa bahasa yang digunakan oleh Buddha dalam pengembaraan membabarkan Dhamma adalah māgadhi. Meskipun seiring berlalunya waktu, bahasa māgadhi mengalami perubahan. Perubahan ini menyebabkan terjadinya pengelompokkan menjadi tiga bentuk; māgadhī (bahasa istana dan orang-orang terpelajar), addhamāgadhī (bahasa para pedagang), dan suddhamāgadhī (bahasa murni māgadhī, yang kenal sebagai Pāli). Bahasa kitab suci agama Buddha terkadang disebut sebagai suddhamāgadhī untuk membedakan dengan addhamāgadhī, yang merupakan bahasa yang digunakan oleh Jainisme.  Dialek Pertengahan Indo-Aryan, yang disebut sebagai māgadhi, adalah bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat. Di waktu itu, perbedaan kasta juga mempengaruhi penggunaan bahasa. Orang-orang berkasta tinggi berbicara de...